Selasa, 31 Juli 2012

Lawatan Singkat Anti Klimaks Pure Saturday



Artis     : Pure Saturday
Tempat : Atrium Ciputra World Surabaya
Waktu   : Minggu, 8 Juli 2012
Rating   : 3/5 

Jangan pernah membandingkan konser Pure Saturday kali ini dengan beberapa konser mereka sebelumnya yang bertajuk Grey Concert. Pasalnya lawatan dedengkot musik independen 8 Juli lalu ke Ciputra World Surabaya ini memang bukan untuk konser tematik tersebut. Melainkan hanya untuk acara persembahan sponsor tunggal dengan salah satu pengisinya adalah Pure Saturday.

Tepat pukul sembilan malam, Iyo (vokal), Ade (bass), Arief (gitar), Adhi (gitar), dan Udhi (drum) muncul di atas panggung yang tingginya tak lebih dari dua puluh centi itu. Ya, panggung yang lebih cocok disebut level tersebut membuat Pure Saturday tampak lebih intim dengan penonton, seperti konser-konser mereka kebanyakan.

“Buka” membuka gigs sederhana Pure Saturday di atrium mall Ciputra World malam itu. Yang membuat cukup terkejut adalah lagu setelah itu. Dibawakannya kembali “Later The Saddest World Down”, sebuah single di album kedua, Utopia, yang jarang dibawakan. Lagu ini praktis juga menjadi seperti mesin seleksi -mana Pure People sejati, mana Pure People dadakan- mengingat banyak yang memakai atribut Pure Saturday malam itu terdiam sejenak saat lagu ini dibawakan.

Trouble yang dialami gitar Arief membuat lima lagu pertama kawanan yang baru saja merilis Grey Album Mei lalu ini kurang optimal. Baru di lagu keenam, “Pagi”, saat Iyo mulai mengeluarkan gimmick panggung khas dirinya : menawarkan request lagu kepada penonton padahal sudah ada daftar lagu tersusun di songlist, Pure Saturday mulai mengeluarkan taringnya.

Sayang, tak sampai satu jam, setelah membawakan total sepuluh lagu, termasuk “Elora”, “Spoken”, hingga lagu anyar “Lighthouse”, Pure Saturday harus menyelesaikan aksinya. Panggung anti klimaks malam itu ditutup dengan dua lagu legendaris “Kosong” dan “Desire” yang diiringi koor massal Pure People Surabaya. (zaq)



Senin, 23 Juli 2012

Musik Surabaya Hadir Kembali, Rek!




Menjadi konsisten adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Semangat empat lima yang sangat menggebu-gebu di awal tindakan seringkali lambat laun tergerus oleh waktu. Akibatnya, konsistensi pun jadi terabaikan.

Mungkin itu pula yang terjadi pada kami, Musik Surabaya yang telah mati suri setahun lebih. Lihat saja postingan tepat di bawah postingan ini. Di situ tertulis tanggal  18 April 2011. Ya, memang kami telah tidak aktif selama lima belas bulan lamanya.

Jika Anda bertanya : “mengapa begitu lama sekali tidak memosting apapun di laman ini?” Atau mungkin beberapa dari Anda bahkan mengira blogzine ini sudah tewas. Sekali lagi, tanpa banyak alasan kami menjawab : “menjadi konsisten itu sulit”.

Tanpa berlama-lama menjadikan alasan “menjadi konsisten itu sulit” sebagai alasan kami menonaktifkan diri selama lima belas bulan lamanya, maka dengan ini per Juli 2012, kami nyatakan Musik Surabaya kembali hadir untuk Anda semua. Dengan sedikit perubahan tata letak dan nama, dari Music Surabaya menjadi Musik Surabaya agar lebih Indonesia, Insya Allah semangat kami tetap sama : mengabarkan perkembangan skena musik kota Surabaya.

Tak peduli itu musik arus utama lah, musik independen lah, musik underground, atau musik apapun itu asal berkualitas, kami usahakan untuk hadir di sini. Ini seperti yang pernah dikatakan David Karto, salah seorang pendri label musik independen deMajors bahwa : “kita nggak usah mikir indie atau major label, yang penting kualitas”

Tak terkecuali elemen-elemen lainnya yang turut andil dalam industri musik di Surabaya ini, seperti distro, konser-konser beken, dan fenomena lainnya dalam industri musik di kota ini tidak menutup kemungkinan akan kami upayakan untuk ikut tersorot . Toh, sebuah band atau musisi juga tidak akan besar tanpa mereka-mereka ini.

Namun, mengingat begitu banyaknya pihak, baik band, musisi, maupun elemen lainnya yang bergeliat di bawah skena musik kota Pahlawan, proses editorial tetap akan kami lakukan demi melancarkan arus pemberitaan blogzine ini.

Tanpa meracau panjang-lebar, dengan telinga yang sudah gerah dengan tuduhan pelaku musik Surabaya yang selalu menunjuk media lokal sebagai salah satu biang keladi kurang hidupnya skena musik kota ini, maka dengan ini kami memutuskan Musik Surabaya hidup kembali!

Doakan kami bisa konsisten, rek. Doa, saran, dan kritik dapat menghubungi email kami di : musicsurabaya@gmail.com atau lewat akun twitter kami di @musicsurabaya. Selamat bersenang-senang!!!

Senin, 18 April 2011

Liputan Let's Go "Garage Attack"


GARAGE, sepertinya semua makna yang ada dalam kata tersebut benar-benar ada pada acara malam itu. 11 Band yang mengatasnamakan musik Garage Surabaya tergabung di sebuah acara yang bernama Garage Attack pada Sabtu, 16 April 2011 di Tong Cafe kemarin. Ke 11 band tersebut adalah Frontliner, Egon Spengler, Boots, My fFther Is John, Mooikite, The Jane And Cox, Siberian Husky, Insomaniac Conspire, DeMorte, Goody Goods. Dan semua band mengcover salah satu lagu band yang teripilih untuk mereka mainkan lagunya, itu adalah bentuk salin support & kekeluargaan dari komunitas musik Garage di Surabaya. Seperti yang kita tahu, musik garage adalah musik yang cadas, kotor, berantakan, dan cepat, itu semua dapat dirasakan pada malam itu, penguasaan mosh pit oleh penonton benar-benar dimanfaatkan secara maksimal oleh mereka, terlihat banyak penonton yang berlompatan ke arah penonton untuk melakukan surf & dive bersama penonton. Egon Sprengler, Siberian Husky, & DeMorte yang sepertinya paling berhasil membuat penonton menajdi rusuh di area mosh pit.