Minggu, 27 Februari 2011

Musik Indie Bandung VS Musik Indie Surabaya

Sering aku berdiskusi dengan kawan-kawan sesama musisi indie Surabaya. Ada satu tema pembicaraan yang sempat menarik perhatianku untuk menganalisa. Adalah sebuah pendapat : Musisi indie Bandung tuh lebih kompak dari Surabaya. Terbukti dari segarnya iklim industri musik indie di sana. Dan band-band indie Bandung lebih maju ketimbang Surabaya.
Pendapat di atas sudah banyak yang mengatakan. Hampir semua kawan indie mengiyakan fenomena tersebut. Bahkan banyak juga yang mengatakan, Bandung adalah barometer musik Indie Indonesia, di mana senimannya terkenal dengan
idealisme dan keunikan mereka.
Okay, kucoba untuk objektif menyikapi pendapat ini. Kalau anda membaca tulisan ini dan terdapat subjektivitas di dalamnya, saya mohon maaf. Paling tidak sudah ada usaha untuk berpikir objektif.
Saya belum pernah ke Bandung. Tapi anda tak perlu terbang sendiri ke Bulan untuk mempelajari bagaimana di sana, bukan? Sejak saya SMA, musisi Bandung memang sudah terbiasa memulai sebuah trend musik Indie. Dulu seingat saya, di Surabaya muncul band-band Britpop dengan nama yang dibikin “Ndeso”, sebut saja: Sekar Sari, Sri Rejeki, dsb. Nama-nama itu terpengaruh dari band Bandung, salah satu yang terkenal: HARAPAN JAYA. Betul tidak? Waktu itu band indie di Surabaya yang ke permukaan cuma beberapa, sebut saja: Carnaval, Karpet, Slawe, BlueQuthug, dan semua itu alirannya rock.[Karpet rock alternatif]
Nah, dominasi Bandung berlanjut sampai sekarang. Band-band Bandung dan Jakarta mendominasi panggung-panggung di Surabaya. The Adams, The Sigit, The Brandals, White Shoes and the Couples Company, dsb. Terbukti “menjajah” Surabaya. Coba, mana band indie Surabaya yang pernah diundang main ke pensinya SMA di Bandung ato Jakarta?
Okay, pertanyaannya adalah : Kenapa? ato Kok Bisa?

The Orange, sebuah band Surabaya beraliran Brit Pop mengirim message pada saya, bahwa rahasia kemajuan indie Bandung adalah sikap musisi Bandung yang akur. Menurut anak-anak Orange, musisi Surabaya tuh sifatnya keras sesuai karakter masyarakat Surabaya sendiri. Sering sikut-sikutan, ga unity, kurang sering duduk satu meja dsb.
Cherry, Gitaris band NARRO, sebuah band asal Sby, juga punya pendapat yang sama. Cherry yang anak Jakarta mengatakan bahwa musisi Surabaya yang sudah sukses sering lupa sama kawan-kawannya yang masih tertatih-tatih. Liat aja Noik and Capung Java Jive yang mengangkat Peter Pan, begitu katanya. Dhani Ahmad dianggap sudah lupa sama Sby, karena begitu sukses domisilinya langsung Jakarta. Begitu pula Piyu, dkk.
Menarik juga.
Sekarang mari kita analisa. Saya akan melihat dari beberapa faktor. Kita mulai:

1. Letak Geografis.

Surabaya terletak kira-kira 1000 Km dari Jakarta. Jakarta itu Ibu Kota. Ga usah di bidang musik, bidang-bidang lain di Jakarta lebih “basah”. Ingat, 80 persen duit di Indonesia itu muter di Jakarta!!! Bandung itu deket banget ama Jakarta Seperti batu jatuh ke air, kalo pusat gelombangnya Jakarta, Bandung kena gelombang lebih jelas dari Surabaya. Bukankah semakin jauh gelombang makin bias? Jadi Bandung itu secara kondisi perekonomiannya lebih bagus dari Surabaya. Lihat saja, industri kecil di sana bisa hidup. Mulai dari Clothing, percetakan buku, desain grafis, desain interior,dsb.
2. Daya Beli Masyarakat
Ini ga perlu diperdebatkan. Kata angkatan bapak kita, dari dulu Bandung memang daya belinya lebih tinggi.dari Surabaya. Masyarakat Bandung lebih “nggak pelit” karena pendapatan per kapita masyarakatnya lebih tinggi. Masyarakat Bandung lebih intelek.Coba liat, beberapa stasiun televisi top, rating pemirsanya tertinggi di Bandung. Jonny SQL, pelawak, pernah bilang kalo dari awal dia sudah tau bahwa nantinya grup SOS akan jadi juara API I. TPI menganakemaskan Bandung, baru Jakarta. Liat saja Siti KDI dari mana? Trus KDI 2, yang menang orang mana? AFI I Indosiar, juara I Medan, Juara II Jkt, IIIbandung. API I Bandung juara satu, APII juara II. Trus, liat aja Dream Band!!!!!!! Kapan Suroboyo pernah menang? Liat aja LA Indie Fest kemaren. Surabaya cuma dapet 2 tempat. Itupun aliran musiknya sama dengan indie2 yang ada di Bandung. Lha iyalah, lha wong producernya orang Bandung. “Ga bisa, mas, Surabaya itu ga diperhitungkan, ga ada untungnya menangin Surabaya…” kata Jonny SQL.
Di Surabaya, sesuatu akan laris manis kalau GRATISAN. Contohnya: Sticker..Coba hamburkan sticker saat kamu manggung, pasti penontonnya bakal rebutan, dibela-belain berantem, lagi. Toton, seorang milisi Indie Surabaya pernah mengeluh. Betapa dia bikin acara musik selalu ditanggapi dingin ama orang-orang, kalau acara tersebut ditiketin. Terutama kalau acara tersebut kategori kelas ekonomi dengan segmen anak muda. Teman-temannya yang ngakunya “Support Indie” duduk di muka gerbang, minta diperbolehkan masuk secara gratis. “Di Bandung ga ada yang kayak gituan, acara
musik selalu diminati masyarakat, cari sponsor juga gampang”, begitu katanya.
Nah, sekarang kok banyak musisi indie di Bandung yang sukses?

Soal kualitas mari kita kesampingkan. Ingat, Surabaya kalau dihitung, lebih banyak menelurkan musisi jago kelas nasional. Sebut saja: Dewa, Padi [keduanya mencapai angka penjualan lebih satu juta keping!!] Boomerang, Ari Lasso, Grass Rock [nie saat jaya2nya top banget], belum lagi kalo kita sebut Ucok A.K, Gombloh dkk. Bandung? Riff, Peter Pan, Java Jive…Yang nembus satu juta keping cuma Peter Pan.
Jadi, katakan saja kualitas musisinya samalah. Ga jauh beda.
Jadi apa?
Kalo saya produser di Jakarta, saya lebih suka memproduksi band Bandung. Jaraknya dekat, akomodasi gampang, kalo pemain bandnya melarikan diri nyarinya gampang…dan MASYARAKATNYA SUPPORT karena daya belinya tinggi. Saya jual saja albumnya cuma di Bandung saja, dan kemungkinan LAKUnya lebih besar!!! Daripada jauh-jauh dari Surabaya. Udah pemain bandnya jauh, ribet ngaturnya, dipasarin di Sby aja belum tentu laku…apalagi di Jakarta…… Kalo mau laku, ya musti promosi ala major label…Gede-gedean. Daripada mempromosikan band Surabaya, mending Bandung. Lebih safe. Liat saja. Mana ada produser di Surabaya? Kalopun ada, pasti money oriented banget. Lha Laopo aku memproduksi band indie…Dangdut ae ato lagu anak-anak. Dadi Duwek iku!!!
Jadi ya……Begitulah……

Kesimpulanku sederhana:
Aku ga percaya tentang persatuan dan kesatuan musisi Bandung yang sering dikatakan orang jadi penyebab krusial segarnya musik indie mereka. Mungkin mereka akur, kenapa tidak…Tapi bukan itu faktornya. Surabaya musisinya memang kepalanya keras-keras, boleh saja…tapi bukan itu juga yang jadi penyebab lesu darahnya dunia indie Surabaya.
Yaaaa……itu analisaku. Bisa salah. Tapi setidaknya yang kupaparkan di atas logis khan? (Angga)

Dikirim oleh Farizal Abdillah
Artikel asli oleh simphonymusic.com

12 komentar:

  1. udah pasti mas. bandung udah jantung musik indonesia dgn kretifitasnya, kualitas kuantitas berimbang.

    BalasHapus
  2. Lalu apakah Surabaya tidak bisa bersaing dengan mereka? :)

    BalasHapus
  3. hahaha, semua masih bisa berkembang. Visi kita semua disini sama untuk memajukan scene musik Indonesia. Jangan salah Bandung pun sekarang menurut saya sedang ada di fase monoton akibat globalisasi yang mudah diterima mayoritas warga Bandung.

    BalasHapus
  4. Budaya masyarakatnya juga sudah berbeda. Di Bandung, komunitas-komunitas cenderung bergerak secara DIY (Do It Yourself) dan semua saling support.

    Kalau tidak ada label yang memproduksi, kenapa juga tidak memproduksi sendiri? Kalau tidak ada media promosi, kenapa juga tidak membuat media sendiri? Hal inilah yang kami lakukan di Bandung.
    Do something, not wait for something..

    Saya berani mengatakan kalau sudut pandang sang penulis cukup sempit. Tapi bisa dimaklumi, karena penulis sama sekali belum pernah berkunjung ke kota Bandung. Silakan berkunjung kemari, dan nikmati atmosfirnya.. Silakan juga cek www.gigsplay.com dan www.musicbandung.com untuk melihat seperti apa kondisi scene musik indie di Bandung..

    Yogyakarta juga jauh dari bandung, tapi mereka punya scene indie yang bagus. Surabaya, pasti juga bisa.. :)

    BalasHapus
  5. Salut buat "dontorro" yang jauh-jauh dari Bandung untuk beri Support ke Surabaya. Ayo rek, masak anak-anak asli Surabaya sendiri gak mau support! :)

    BalasHapus
  6. Surabaya bukannya gak bisa seperti kota lainnya, mungkin scene musik disini sedikit berbeda dengan yang ada di kota lainnya... *menurut saya

    Disini support untuk suatu band sangat susah untuk di dapat...Dimana dukungan dari masyarakat di sini? Apa nunggu bandnya sudah terkenal baru di dukung?

    Untuk hal media, mungkin band-band di surabaya sangat kurang responnya apalagi memanfaatkannya, padahal media sangat membantu sekali buat mereka...

    Semangat!! Anda semua bisa maju kalo mau saling support untuk sesama..;)

    'regards

    BalasHapus
  7. Ketika media radio memiliki program musik indie, seharusnya dideketin, bukankah ini akan menjadi media promosi yang bagus untuk mengenalkan lagu dari para band kepada audience.

    Ketika media radio memiliki program musik indie,
    radio pasti membutuhkan materi pendukung programnya agar berkelanjutan, bukankah hal ini menjadi sebuah kerjasama yang akan saling menguntungkan ?

    Ketika media radio memiliki program musik indie, biasanya juga diterusin dengan bikin mini event di radionya, kenapa tidak mencoba ikut dukung program radio ini... yang bisa dimanfaatkan untuk promo langsung band berhadapan dengan audience radio.

    Ketika media radio memiliki program musik indie dan event musiknya, alangkah baiknya selalu dimanfaatkan untuk menjalin kebersamaan antar band tanpa membedakan genre apapun, tidak perlu saling mencela dan saling mencemooh, karena yang akan memilah-dengar karya band adalah pendengar. Seharusnya para band ini juga mempunyai tanggung jawab untuk meramaikan event yang dibuat radio, dengan selalu menonton penampilan band lain yang main, mensupportnya dan tidak meninggalkan venue sebelum acara berakhir .... wah pasti seru dan pasti satu sama lain komunitasnya saling mendukung....

    Ketika media radio memiliki program musik indie, jangan segan untuk mengirimkan materinya dan jangan takut materi tidak diterima. Jangan juga berpikir kalok udah kirim ke satu radio maka radio lain tidak menerimanya. Kalok ada radio nyang nggak mau nerima karena udah terkirim ke radio lain, ntu mah radio nyang picik... (he he he)... major label aja distribusikan ke semua radio bisa diterima ya kan....

    Hal lain yang perlu juga diperhatikan adalah berikan kelengkapan data dari setiap materi yang dikirimkan, termasuk prolog kenapa lagu itu tercipta, kemasan yang baik ... jangan asal kirim apa adanya... menghargai radio kale perlu ya karena mereka yang akan membentu kita juga... dan itu akan jadi image yang baik buat band.
    Saat ngirim cobalah langsung bertemu dengan Music Directornya, buat sarana sharing dan sekalian silaturakhim.....

    Sebaiknya juga.... kalok mau kirim Band harus punya strategi.... gak perlu kirim banyak lagu tapi cukup satu lagu yang sama di setiap radio, biar satu lagu itu populer di banyak tempat....

    he he he.... ini mah sekedar sharing aja ya ampuunnnn....bukan ngeguruin....
    Tetap berkarya, dan Semoga sukses kawan-kawan...

    Dengan senang hati juga kalok kawan-kawan punya materi silahkan dikirim ke :
    Music Director
    Radio EBS 105.9 FM
    Jl. Jawa No. 31 Surabaya 60281
    Program: Local's Alive / Setiap hari 18.00-19.00

    BalasHapus
  8. memang di surabaya orangnya keras kepala..
    mereka kurang bisa menerima jenis musik baru..
    cenderung old skul..
    mungkin jg karena di boikotnya musik luar negeri..shngga kurangnya referensi..
    jujur..saya lbh suka musik bandung drpd jakarta atau surabaya..krn kreatifitas di bandung tidak terbatas..
    jadi kesimpulannya musisi di surabaya harus banyak mencari referensi genre baru tanpa mendiskriminasikan suatu genre (kecuali melayu..saya benci)untuk perkembangan musik mereka sndiri dan kemajuan musik surabaya..

    terima kasih..

    BalasHapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  10. menarik, kenapa scene music indie surabaya masih kalah dengan scene music indie bandung, menurut sy sderhana, "mudahnya merasa puas yang dimiliki musisi indie surabaya" yang saya tahu seperti contoh sebuah band surabaya yang sudah merasa terkenal, padahal cuman terkenal di surabaya sendiri, ato iyadeh di sekitar prov. jawa timur dan bali, setelah dr itu mereka belum mau menambah jam terbang lg diluar provinsi jawa timur dan bali (apa mungkin kalo uda main di bali itu mereka anggap uda terkenal kali ya? padahal cuman maen d salah satu bar yg tidak terlalu besar di bali yang sy lihat penonontonya tdk sberapa antusias) terus stelah itu mereka maunya di undang sana-sini, okelah utk hal ini msih bs di terima, tp jgn bingung kalo yg ngundang sana-sini itu hanya sekedar wilayah jawa timur dan bali sj yg notabene nya kedua provinsi itu didalamnya tdk ada kota yang menjadi ibukota indonesia (jakarta). lantas logika sy bertanya, "apa cuman segitu musisi indie surabaya uda merasa puas?" kalo jawabanya iya, bearti benar band indie surabaya masih ketinggalan. disini kita perlu melihat, mengkaji dan berpikir bhwa ibukota indonesia berada di jakarta, bukan di daerah jawa timur, bali, apalagi di surabaya. jd jgn berharap orang indonesia tahu kalo musik indie surabaya maju. mungkin dr sini kita dpt belajar dr musisi2 hebat yang lahir dari surabaya, seperti dewa 19, padi, boomerang, ari lasso, dll, mereka memiliki sejarah panjang dan sepak terjang yang tinggi, pahit manis perjalan mereka lalui hingga bisa mnjadi terkenal tidak hanya di surabaya, jwa timur, dan bali saja, melainkan di jakarta hingga di seluruh indonesia. musik indie surabaya terlalu melihat budaya jawa barat yang sok jual mahal, pdahal musisi jakarta & bandung jual mahal itu krn emang mereka uda trkenal, maka kalo kita masih belum pd tahap itu dan kita uda merasa pd tahap itu, maka lagi2 benar, musik indie sby masih ketinggalan. jgn coba2 deh, ikuti prosedur alam yg sudah ada, ingat bhwa mencapai tujuan itu memang bukan perkara mudah, namun sesungguhnya kita bisa. dr sini dpt ditarik kesimpulan bhwa masih kurangnya usaha dr musisi indie surabaya, menomor satukan ego, masih berpikir terlalu sempit, dan masih belum bisa membedakan mana kemampuan dan mana kebodohan. saran saya jgn terlalu larut dalam mimpi, melainkan bangun dr mimpi dan kejar mimpi itu. sy lihat potensi musik di surabaya sgt baik, tinggal bagaimana cara mengelolahnya, sy percaya musik surabaya akan bisa bangkit kembali, ingat apa yg kita lakukan adalah apa yg kita dapatkan, semua sesuai dgn taraf. semangat, terus berkarya, dan maju terus untuk musik indie surabaya !!!

    BalasHapus
  11. Dari Dulu kultur Orang Surabaya itu "Sego mateng, sorak Hore" 😄

    BalasHapus